ISRA’ WAL MI’RAJ;
MAKNA SEBUAH PERJALANAN
(Rahmin Thalib Husain)
Isra’ adalah sebuah perjalanan suci yang diabadikan dalam al-Qur’an yang mengingatkan hakekat perjalanan aktivitas seorang insan muslim. Surah al-Isra’ ayat 1 secara tekstual menggambarkan perjalanan nabi Muhammad SAW dimulai dari “masjid al-Haram di Mekah menuju masjid al-Aqsha di Palestina” menunjukkan bahwa sejatinya perjalanan aktivitas seorang insan muslim adalah “minal masjid ilal masjid” atau “dari tempat sujud menuju ke tempat sujud”. Itulah kemudian yang menjadi hikmah perjalanan isra’ mi’raj nabi Muhammad SAW.
Seiring dimulainya aktivitas di pagi hari yang dingin, alunan suara adzan pun berkumandang menyambut terbitnya fajar di ufuk timur, kita awali aktivitas pagi yang indah dengan memenuhi panggilan Ilahi menuju ke “tempat sujud” melaksanakan sholat subuh. Berselang kemudian, di tengah panasnya mentari dan padatnya aktivitas di siang hari, kembali suara adzan menggema memenuhi ruang kerja. Kita tinggalkan semua kesibukan untuk beranjak menuju ke “tempat sujud” melaksanakan sholat zuhur.
Ketika matahari mulai condong ke arah barat, dari atas menara masjid terdengar lantunan suara adzan yang begitu merdu. Sejenak kita lupakan semua kepenatan dan kegalauan hidup untuk memenuhi panggilan suci menuju ke “tempat sujud” melaksanakan sholat ashar. Hingga tak berapa lama kemudian kembali suara adzan menggema memenuhi langit dan bumi mengantar sang surya ke tempat peraduannya. Dengan hati yang bening, kita ringankan langkah menuju ke “tempat sujud” menunaikan sholat maghrib. Dikala sedang asyik bercanda, bersenda gurau, berkumpul bersama keluarga, suara adzan pun masih terdengar memecah kebahagiaan mengingatkan untuk kembali ke “tempat sujud” melaksanakan sholat isya’ sebelum menuju ke tempat istirahat di malam hari.
Begitulah seterusnya rangkaian perjalanan aktivitas kita dalam setiap hari, setiap minggu, setiap bulan pada setiap kali pergantian kalender hingga ajal datang merenggut nyawa. Baru dari tempat sujud kembali menuju ke tempat sujud, memberi makna baru buat meniti dan menata realitas yang berjalan terus… menjemput kemenangan, meraih kebahagiaan abadi, menggapai cinta dan ridla-Nya,
Di atas kanvas kehidupan yang teramat bising, beragam aktivitas telah ditorehkan. Para pejabat dari kantor ke kantor, aleg dari sidang ke sidang, guru dari sekolah ke sekolah, petani dari sawah ke ladang, nelayan dari danau ke laut, pedagang dari toko ke pasar, dan seterusnya,,, hingga tanpa disadari, terkadang subuh kita kesiangan, zuhur kesibukan, ashar di perjalanan, magrib kelelahan dan akhirnya isya’ pun ketiduran. Penatnya kehidupan dan padatnya aktivitas membuat kita terlena dan lupa akan eksistensi diri.
Idealnya perjalanan aktivitas seorang insan muslim adalah “minal masjid ilal masjid” atau “dari tempat sujud ke tempat sujud” sebagaimana diilustrasikan dalam ayat di atas (QS.17:1). Sholat yang menjadi hikmah perjalanan isra’ mi’raj nabi Muhammad SAW sesungguhnya menyimpan beragam nilai. Menurut penelitian para ahli, sholat bisa memberikan investasi kesehatan yang cukup besar bagi kehidupan. Diawali dari berwudlu’ hingga gerakan sholat mulai takbiratul ihram sampai salam memiliki hikmah yang luar biasa, baik untuk kesehatan fisik, mental maupun keseimbangan spiritual dan emosional. Demikian pula dalam beberapa referensi ditemukan, sholat bisa membentuk pribadi menjadi tenang, jujur, sabar, disiplin, tawadlu’ dan lain sebagainya.
Di saat sedang melaksanakan ibadah puasa, zakat atau pun ibadah-ibadah lainnya, seorang masih bisa berkomunikasi dengan orang lain, melakukan transaksi, memimpin rapat, mengurus partai politik, mengajar, memenuhi keperluan keluarga dan lain-lain. Tetapi ketika sedang melaksanakan sholat, ruang dan waktu yang tersedia semata-mata hanya untuk berkomunikasi dengan Allah. Saat itulah ketenangan dan kedamaian mengalir di dalam diri seseorang, hingga menempah dan membentuk jiwanya menjadi tentram.
Sholat bisa melahirkan pribadi yang jujur. Seorang yang sedang melaksanakan sholat tidak akan mungkin melakukan sesuatu yang bertentangan dengan aturan-aturan yang tidak berhubungan dengan sholat, sehingga secara jujur ia akan mengikuti seluruh rangkaian gerakan, bacaan, syarat-syarat serta aturan-aturan yang telah ditetapkan, walau seorang pun tak ada yang melihat atau mengawasinya. Sholat juga bisa membentuk pribadi yang sabar. Seorang yang sedang melaksanakan sholat, pantang baginya untuk tidak menyelesaikannya hingga rakaat terakhir, betapa pun berat dan letihnya setelah menjalani berbagai rutinitas sosial lainnya. Selain itu, sholat juga dapat membentuk pribadi yang disiplin. Interval waktu sebagaimana kewajiban sholat yang lima beserta ketentuan masing-masing jumlah rakaatnya, terkait dengan strategi membentengi siklus kehidupan hingga membentuk pribadi menjadi disipilin. Baik disiplin rohani, moral, individu, social, dan lain-lain.
Hal yang tidak kalah penting adalah, sholat juga bisa membentuk pribadi yang tawadlu’. Dalam sholat terdapat gerakan sujud yang merupakan puncak gerakan penghambaan tertinggi yang di lakukan oleh seorang hamba kepada sang “Khalik“. Gerakan sujud “meletakkan dahi, kedua tangan, lutut dan kaki ke bumi, seraya melafazkan subhanah rabbiyal a’la wabihamdih”, mengajarkan kita untuk senantiasa bersikap tawadlu’/rendah hati, santun dan berakhlaq mulia.
Dengan hikmah isra’ mi’raj nabi Muhammad SAW, transformasi nilai-nilai sholat menjadi sangat penting untuk diwujudkan di tengah perubahan sosial dewasa ini. Wallahu a’lam…